Jakarta, September 2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan di sejumlah daerah menuai perhatian publik. Beberapa sekolah melaporkan adanya sisa makanan yang cukup banyak atau disebut food waste.
Salah satu penyebabnya, waktu pembagian makanan yang berdekatan dengan jam sarapan anak. Misalnya di SDN Pandian 1, Sumenep, Jawa Timur, sejumlah siswa sudah makan di rumah sebelum berangkat sekolah, sehingga menu MBG tidak tersentuh.
Selain itu, perbedaan selera antardaerah juga menjadi faktor. Beberapa orang tua menuturkan bahwa menu yang disajikan tidak selalu sesuai dengan usia atau kebiasaan anak.
Pengamat pendidikan Ina Liem menilai persoalan ini terjadi karena program belum berbasis data lokal. Ia menyoroti proses pemilihan tender penyedia makanan yang dinilai perlu transparansi serta melibatkan ahli gizi.
“Jangan langsung dipaksakan berskala nasional. Sebaiknya mulai dari pilot project, berbasis data tiap daerah, dievaluasi, lalu diperluas,” jelasnya
Prof. Sri Raharjo dari Universitas Gadjah Mada menambahkan, faktor lain yang memicu sisa makanan adalah rasa yang kurang sesuai selera anak, hingga standar porsi yang disamaratakan untuk jenjang TK hingga SMA.
Ia menyarankan agar:
70% menu ditentukan pusat sesuai standar gizi,
30% sisanya disesuaikan daerah dengan cita rasa lokal,
siswa dilibatkan dalam memilih menu, misalnya lewat aplikasi sederhana,
tersedia beberapa pilihan lauk harian agar anak bisa menentukan sebelumnya.
Sri juga menekankan agar MBG tidak menimbulkan kesenjangan. Menurutnya, sekolah yang sudah punya program makan siang mandiri tetap perlu mendapat alokasi MBG.
“Setiap siswa berhak mendapatkan manfaat yang sama. Dana MBG bisa digunakan untuk subsidi siswa kurang mampu, atau meningkatkan kualitas menu seperti menambah porsi buah dan protein,” ujarnya.
Program MBG merupakan langkah penting dalam mendukung gizi anak sekolah, namun sejumlah catatan menunjukkan perlunya evaluasi. Transparansi, data lokal, serta keterlibatan siswa diyakini dapat mengurangi sisa makanan dan meningkatkan kualitas gizi secara keseluruhan.
Dengan perbaikan, MBG diharapkan bisa menjadi program yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga menyatukan semua kalangan tanpa menciptakan kesenjangan.
Created with systeme.io